Hosting Unlimited Indonesia

Wednesday, May 23, 2018

MEMBERSIHKAN EMOSI NEGATIF


Panas itu menjalar. Saat ujung batang besi dipanaskan, maka panas akan menjalar ke ujung besi lain. 

Saya membuktikan ini dengan memanaskan ujung sendok ke api lilin. Ternyata ujung sendok yang saya pegang pun ikut panas.

Atau saat mangkuk diisi air panas, maka semua permukaan mangkuk ikut panas. Pun saat mangkuk tersebut disimpan diatas ember berisi air, maka air di permukaan yang bersentuhan dengan mangkuk ikut panas.

Jadi panas itu menjalar.

Ternyata, bukan hanya panas yang menjalar, tapi juga *pikiran*.

Bedanya, jalaran/rambatan pikiran tidak terlihat atau terasa se-nyata jalaran/rambatan panas.

Panas yang menjalar bisa dirasakan oleh kulit. Tapi pikiran yang menjalar tidak. Tapi tetap ada. 

Pikiran kita yang positif akan menjalar menarik hal positif dalam hidup. Pun pikiran negatif menarik hal negatif dalam hidup.

_Jadi hubungan pikiran dengan kehidupan, seperti hubungan antara dua ujung besi atau sendok yang dipanaskan._ 

Bila hidup kita belum memuaskan, lebih banyak ketidakbahagiaan daripada kebahagiaan, ini ibarat ujung sendok yang saya pegang panas.

Satu-satunya cara melepas panas di ujung yang saya pegang ini adalah dengan menjauhkan ujung sendok satunya lagi dari sumber panas. 

Maka satu-satunya cara mengubah ketidakbahagiaan dalam hidup adalah mengubah pikiran negatif. Hanya itu. Orang lain yang disangka sebagai penyebab ketidakbahagiaan, bukanlah benar-benar penyebab. Sekali lagi, sebabnya adalah pikiran sendiri.

Semua hal yang kita sukai atau kita benci akan menjadi perhatian pikiran alias sama-sama dipikirkan. Maka membenci kecoa hanya akan membuat pikiran sibuk mengimajinasikan kecoa.

Jadi saat ke kamar mandi, dapur, atau main ke rumah teman, kecoalah hewan yang paling sering ditemui.

Seseorang yang pernah disakiti oleh orang tuanya, seperti dimarahi, selalu memikirkan perilaku orang tuanya hingga dewasa. Dia berusaha menghindar perilaku tersebut (dimarahi) dengan mengimajinasikan proses dimarahi sewaktu kecil.

Jadi saat bekerja, dia mendapati atasannya sangat dominan, semena-mena, dan galak. Sebuah perilaku yang sungguh dia benci sejak kecil dulu.

Dia menyalahkan atasan. Lalu karena tak mampu mengubah perilaku atasan, dia memutuskan pindah kerja. 

Di tempat kerja baru, dia bertemu dengan atasan yang kurang lebih sama, suka menyalahkan dan marah-marah. Dia berusaha mengontrol perilaku atasan agar tidak memarahinya, sesuatu yang paling dia benci.  Tapi ternyata tidak bisa. 

Saat kami bertemu dalam momen yang tidak disengaja, saya menyarankannya untuk menghapus memori "dimarahi" dari pikiran. Lepaskan memori itu, bersihkan pikiran dengan cara 3P salah satunya.

Selain itu, Saya mengajarinya untuk mengucapkan 

Aku mengasihimu
Aku menyesal
Maafkan aku
Terima kasih 

Sambil membayangkan sosok orang tuanya dulu. Awalnya ada rasa sesak di dada dan tiba-tiba dia ingin menangis. Tapi ucapan itu terus dilanjutkan hingga merasa plong.

Dia mampu mengikhlaskan dan melepas memori marah dari pikirannya.

Saat bertemu atasan, dia lebih netral dan bisa bersikap respek terhadap atasan. Atasan ternyata balik bersikap respek. Hubungan mereka menjadi baik.

Saya selalu menyarankan ucapkan kalimat diatas, termasuk saat seseorang mengalami lilitan hutang yang mengerikan.

Hutang ada karena ada memori hutang di pikiran. Bersihkan agar tidak menarik kehidupan penuh hutang.

Caranya? *dengan 3P*😊 atau....

Ucapkan *aku mengasihimu, aku menyesal, maafkan aku, terima kasih* dengan membayangkan orang-orang terdekat.

Sangat mungkin, memori hutang tersebut masuk melalui hubungan dengan mereka dahulu kala. Jadi bersihkan.

Belum menikah? Sering kandas dalam proses ta'aruf? Atau merasa belum cukup uang untuk menikah? Bersihkan memori negatif terkait pernikahan di pikiran.

Selama ia ada, selama ia menjalar dalam kehidupan nyata.

Semoga Bermanfaat

Salam Sukses Berjamaah

0 komentar